Rabu, 01 Juni 2011

Potensi Apa yang Dimiliki Anak

Memasuki usia taman kanak-kanak, dunia anak sudah mulai berubah. Saatnya menggali potensi apa yang dimilikinya?
Memasuki usia taman kanak-kanak, anak memasuki tahap perkembangan baru. Dia mulai meninggalkan rumah lebih lama, lebih banyak berhubungan dengan dunia luar, teman sebaya, dan lingkungan serba baru. Di masa inilah perting diperhatikan bagaimana mengembangan potensi anak. Sinergi antara orang tua dan sekolah dapat menghasilkan anak-anak yang happy, cerdas, lincah, dan perkembangan emosional yang baik.
Di usia ini pula, perlu ditegakkan potensi apa yang dimiliki seorang anak, agar dapat disusun program atau metode pengembangan diri berdasarkan kebutuhan serta kemampuan anak.

Potensi apa yang dimiliki…?
1.    Potensi kemampuan kognitif/berpikir
Pada potensi ini fungsi mentalnya berkembang dengan sangat cepat. Anak mulai mengembangkan cara berpikir yang lebih maju dari sebelumnya, meskipun masih banyak keterbatasannya. Beberapa ciri cara berpikirnya :
  • Egosentris : segala sesuatu dipandang adri sudut anak sendiri
  • Symbolic functioning: anak bisa member arti/makna pada sesuatu
  • Animisme : menganggap semua benda di sekitarnya memiliki kehidupan
  • Mengenal hubungan sebab akibat sederhana
  • Mengenal konsep sederhana (bentuk, warna, ukuran progresif, waktu, bagus/jelek, spasial)
  • Fungsi memori yang semakin bertambah
  • Kemampuan berbahasa yang meningkat.
2.    Potensi kemampuan social dan kepribadian
Anak mengadopsi pola asuh orang tua, sekolah, cara bermain dan permainan, pengaruh teman sebaya, dan belajar soal peran gender. Ini penting agar anak tidak hanya mencoba segala sesuatu yang sesuai dengan gendernya. Rasa takut, kemarahan dan agresi, sdih, cemburu saudara kandung, dan respon emosi yang lain merupakan manifestasi dari perkembangan emosi yang lebih bervariasi. Saat inilah tepat mengajarkan arti disiplin pada anak, jangan sampai terlewatkan.

3.    Potensi pada kemampuan psikomotor
Secara umum dibagi dua: motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan psikomotor yang terjadi pada anak usia 4-6 tahun adalah:
  • Berjalan dan berlari (anak mampu mengontrol aktivitasnya, berhenti dan mengatur kecepatan dan arah), serta mampu melompat
  • Menangkap (bisa menangkap bola yang lebih kecil, menangkap dengan telapak tangan)
  • Memegang pensil dengan benar, mengontrol bentuk goresan, mulai mengatur kekuatan tekanan garis
  • Membuat bangun dengan balok aneka bentuk
  •  Terampil dalam melipat, menggunting, dan menempel
4.    Potensi kreativitas
Peluang anak untuk lebih kreatif dengan memanfaatkan segala kemungkinan, bahkan yang bertentangan dengan rasio. Karena perkembangan kognitif anak belum mencapai logika formal, maka lebih besar pula kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dengan kretivitasnya. Peran lingkungan sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan kreativitas anak.  Apakah lingkungan memberikan kebebasan anak berkreasi, atau justru membatasinya. Berikan anak ruang seluas-luasnya, agar mereka bisa berkreasi.

Dalam masa ini orang tua perlu member pengertian kepada anak akan pentingnya sebuah aturan yang akan ditaati. Sekali lagi, ini berkenan dengan masalah diisplin.
Nah tunggu apalagi, jadilah orangtua sahabat anak, yang menemani mereka tumbuh dan merenda potensinya.

(dari majalah anakku, edisi 09/VI/2010)





4 komentar:

  1. saya seorang ibu rmh tangga tulen,artinya setiap saat selalu berada d sisi anak2 ku tercinta hanya pd saat sekolah sj mereka terpisah dngn ku...saya jg ibu dari 4 orang anak yg pertama perempuan umur 8thn,yg ke 2&3 laki2 kembar umur 5thn dan yg ke4 laki2 umur 2thn..saya tidak pernah membeda2kan kasih sayang,perhatian kpd ke4 nya..hanya saja putri pertamaku sering protes karena dia merasa sy lebih sayang kpd ke3 adiknya sampai2 dia tidak mau lg tinggal bersamaku dan sekarang dia memilih tinggal bersama bi2 ku d kampung alasannya dia lbh d sayang d sana karena bi2 ku tidak pnya anak...apa yang harus sy lakukan agar buah hatiku mau tinggal bersamaku lg??????? masalah ku yg ke2..sy merasa stress menghadapi tingkah polah anaku yg kembar...sikap nya selalu memancing emosiku,hiperaktif,dan selalu bertengkar dngn kembarannya...setiap sy belikan mainan hanya berapa jam saja udah hancur lebur..sy bingung bagaimana cara mendidknya agar mreka jd anak yg anteng...seluruh dinding rumah hbs kena coretan2 krayon si kembar pdhl sy sudah membelikannya kertas gmbar yg siap untuk d warnai tp ttp aja diding yg jd obyek coretannya,kebiasaan tidur tengah mlm dan bngun siang hari yg mengganggu pikiran sy bagaimana nanti klo dia mulai msk sekolah..apakah sikap dan kelakuan anak sy yg spt itu wajar?? atau ada kelainan,,sy mohon beri saya saran agar saya dapat memperbaikinya..terimakasih..

    BalasHapus
  2. Kepada ibu zannah...:
    mungkin masalah yang pertama adalah: anak yang pertama yang paling besar merasa cemburu dengan adik2nya.Perasaan cemburu biasanya muncul dari adanya perasaan pada seorang anak bahwa dia tidak cukup baik, tidak cukup dikasihi, atau juga merasa tidak yakin apakah dia akan diterima atau akan disayang. Pada umumnya rasa cemburu yang cukup kuat seringkali terjadi pada seorang anak ketika ia mendapatkan adik. Jadi ketika si adik baru muncul, anak ini merasa ia yang dulunya menjadi pusat perhatian setiap orang kalau datang ke rumah sekarang tidak lagi diperhatikan.
    Reaksi anak yang cemburu bisa macam-macam:
    1. Kalau konteksnya dengan adik baru, awal-awalnya mungkin bisa muncul rasa tidak suka dengan kehadiran si adik. Karena tidak suka dengan adiknya, tidak mau dekat-dekat. Yang makin parah adalah kemungkinan kalau nanti adiknya ini mulai diisengin, disakiti atau dilukai.
    2. Atau mungkin hal-hal yang dulunya dan biasanya sudah biasa dia lakukan sendiri sekarang jadinya tidak mau dilakukan atau tidak bisa lakukan lagi. Dulu sudah bisa mandi sendiri, ke kamar mandi sendiri, buang air sendiri, sekarang tidak mau, mungkin tidur minta ditemani atau malah ngompol.
    3. Anak yang mengalami cemburu dan tidak ditanggapi dengan tepat oleh orang tua juga bisa menjadi anak yang marah kepada orang-orang di sekitarnya.
    Cemburu seorang anak terhadap kakaknya bisa juga terjadi, biasanya ini disebabkan karena kakak lebih memiliki kesempatan-kesempatan tertentu. Karena sudah lebih besar juga lebih dipercaya boleh melakukan ini itu, tapi dia karena masih kecil biasanya orang tua akan lebih menahan, jangan dulu, akan menghasilkan kecemburuan. Banyaknya pujian-pujian yang diberikan orang tua kepada kakaknya itu juga bisa membuat si adik cemburu kepada kakaknya.
    Intinya, setiap pembandingan bisa membuat anak cemburu. Kita orang dewasa juga merasa tidak nyaman kalau kita dibandingkan dengan orang lain. Anak-anak sebenarnya juga sudah merasakan hal tersebut dibandingkan dengan siapapun tidak akan suka. Jadi setiap orang tua harus sadar bahwa ketika pembandingan itu terjadi, biasanya sudah bisa jadi bibit rasa cemburu pada anak.
    Sebagai orang tua kita seharusnya sadar dan berusaha, jangan sampai kita bersikap lebih sayang kepada satu anak dibanding anak yang lain. Kita sebagai orang tua harus introspeksi diri, apakah sikap menganakemaskan itu ada pada diri kita. kalau memang benar ada, orang tua harus sadar mengenali dan mengakuinya. Kalau kita tahu anak ini sedang cemburu dengan saudaranya dalam hal kemampuan, kita bisa bantu dengan mencari kemampuan dirinya. Jadi kembali lagi ke keunikan setiap anak. Jadi memang ada baiknya setiap orang tua membantu anak menggali asetnya sebenarnya keunikan-keunikan, kelebihan-kelebihan apa yang mereka miliki, apa yang bisa mereka kembangkan itulah yang menjadi kebanggaan dirinya, sehingga dia tidak perlu iri lagi kepada orang lain.

    BalasHapus
  3. Pertengkaran antara saudara adalah satu dari banyaknya masalah yang sering terjadi di sebuah keluarga. Hal ini sering mengganggu dan menimbulkan kekesalan pada orangtua karena mereka mengharapkan hubungan antar saudara terjalin dengan baik dan harmonis di rumah. Meskipun demikian pertengkaran antara saudara merefleksikan tahapan perkembangan yang normal. Pada usia 2-3 tahun seorang anak biasanya memukul, mendorong atau merebut benda milik orang lain sementara anak yang lebih tua biasanya senang mengejek yang lebih kecil.
    Walaupun pertengkaran ini merupakan hal yang dianggap normal, pada beberapa kasus pertengkaran antara saudara bisa berkembang menjadi perilaku antagonis terhadap saudara atau perilaku tidak peduli pada saudara tersebut.
    Beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua saat anak-anak bertengkar adalah :
    1. Mengabaikan. Jika anda melihat posisi anak cukup berimbang dan aman. Anda bisa mengabaikan pertengkaran dan membiarkan menyelesaikan ‘perkelahian’mereka sendiri. Dengan mengabaikan pertengkaran kecil, saat anda mulai mengintervensi pertengkaran anak yang lebih besar hasilnya akan lebih efektif.
    2. Jadilah wasit. Saat anda merasa posisi anak tidak seimbang, anda bisa bertindak seperti wasit yang menjadi penengah atau negosiator kedua belah pihak. Yang perlu diingat lebih baik untuk membantu anak menyelesaikan masalah daripada menenetukan siapa yang bersalah. Dengan demikian anda bisa membantu anak untuk memecahkan masalah di kemudian hari.
    3. Mengekspresikan emosi. Yang juga perlu diingat adalah mengekspresikan kemarahan adalah hal yang lebih baik daripada memendamnya. Jadi saat anak marah terhadap saudaranya pada saat tertentu, katakan pada anak bahwa itu adalah hal yang wajar. Tapi ajarkan kepada mereka untuk bisa bersikap lebih asertif (mengemukakan hak mereka, kebutuhan mereka dan perasaan mereka) daripada bersikap agresif (memukul, mengatai atau mengancam) kepada saudaranya saat masalah terjadi.
    4. Ajarkan kepada anak penyelesaian masalah yang sama-sama menguntungkan. Biarkan anak yang membuat alternatif penyelesaian masalahnya. Minta setiap anak membuat beberapa alternatif penyelesaian dan mereka harus memilih mana yang paling baik menyelesaikan masalah mereka.
    5. Penalti. Jika anak tidak dapat menyelesaikan masalah mereka dan mulai untuk bertengkar kembali, orangtua bisa memberikan finalti. Anda bisa berkata : ‘sekarang dengarkan bunda, karena kalian masih bertengkar satu sama lain maka kalian harus dipisahkan. Pergi ke kamar masing-masing sampai bunda memanggil kalian. Jika kalian mulai bertengkar lagi, kalian bisa pergi ke kamar masing-masing kembali sampai kalian bisa bersikap baik satu sama lain.

    BalasHapus
  4. sedangkan untuk menghadapi anak yang hiperaktif:Ada tiga gejala yang mengindikasikan seorang anak memiliki gangguan hiperaktif:

    Inatensi, yakni rendahnya pemusatan perhatian atau konsentrasi pada anak. Anak-anak degan gangguan hiperaktif tidak atau hanya memiliki kemampuan berkonsentrasi yang sangat rendah. Perhatiannya begitu mudah teralihkan dari satu hal ke hal yang lainnya.
    Hiperaktif, yakni anak tidak bisa diam. Ia banyak melakukan gerakan-gerakan dan begitu sulit untuk dibuat duduk diam dan tenang. Ia senang berlari-lari, membuat suara-suara berisik, berjalan kesana kemari, dsb. Karena itu, seringkali anak hiperaktif pulang dengan membawa banyak luka akibat ulahnya sendiri.
    Impulsif, yakni lemahnya menunda respon. Perilaku impulsive ini ditandai dengan ketidakmampuan anak mengendalikan sesuatu. Ia biasa melakukan segala sesuatunya tanpa pertimbangan dan sering kali ditunjukkan dengan ketidaksabaran.

    Nah, ketika anak mengalami gangguan hiperaktif ini, para ibu biasanya menjadi gugup dan kebingungan. Sering kali mencoba menutup diri dan tidak mau mengakui apa yang dialami anaknya. Padahal, sebetulnya, tidak perlu gugup atau kuatir yang terlalu tinggi.

    Menerima dengan ikhlas. Segala sesuatunya telah ditentukan oleh Yang Maha memberikan anak, yaitu Allah. Jika Allah menguji kita dengan hadirnya anak dengan gangguan hiperaktif, itu tandanya Allah Tahu bahwa kita mampu dan dapat mengatasi serta mendidik anak dengan sebaik-baiknya.

    Anak hiperaktif cenderung memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ini yang sering kali dilupakan bahkan tidak diperhatikan. Para ibu cenderung bergulat dan berkutat pada kesedihan dan kekecewaan terhadap putranya. Tapi tidak mau melihat, bahwa anak-anak dengan gangguan hiperaktif ternyata memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tugas ibulah yang mencari dan menggali kecerdasan ini.

    Ajarkan kedisiplinan. Anak-anak hiperaktif cenderung tidak disiplin. Mereka tidak mau tenang, dan cenderung membangkang. Tidak patuh pada aturan. Nah, jika demikian, maka Anda harus membuat sebuah “kontrak” perjanjian dengannya untuk berlatih disiplin.

    Tidak menghukumnya secara berlebihan. Bukan salah anak Anda jika ia hiperaktif. So, jangan menghukumnya karena gangguan hiperaktif ini. Melatihnya berdisiplin, oke. Tapi, dengan cara yang baik dan benar.

    Lebih banyak bersabar. Ini adalah tuntutan utama bagi para orangtua. Tanpa kesabaran, maka Anda tidak akan dapat menangani anak Anda dengan baik.

    Menjaga komunikasi dan biarkan ia merasakan kasih sayang Anda. Ketika anak melihat dan merasakan perhatian yang diberikan orangtuanya, dan memang, perlu diakui, bahwa menjalin komunikasi dengan anak-anak hiperaktif ini harus senantiasa. Ibaratnya, harus setiap menit kita mengajaknya berkomunikasi. Dan bukannya memanjakan, perhatian terhadap anak-anak hiperaktif memang harus lebih banyak dibandingkan saudara-saudaranya yang normal.

    BalasHapus