Rabu, 01 Juni 2011

Mewaspadai Game di Hape Anak

Anak-anak masa kini tidak asing lagi dengan game. Setelah dimainkan di layar teve atau dengan komputer, kini anak-anak dapat mengakses game dengan jauh lebih gampang, dimana saja dan kapan saja, yakni melalui hape (handpone).
Adanya fasilitas game di hape bukanlah sesuatu yang baru. Sejak tahun 1997, game sudah dapat dimainkan di hape. Game pertama yang muncul di hape adalah Snake, yang tidak saja merupakan game pertama dan tertua yang ada di hape, tetapi juga merupakan game paling popular di hape sekarang.
Kini, game snake sudah memiliki beberapa keturunan. Salah satunya adalah sex xonix. Dilihat dari namanya, game ini jelas bermuatan seks karena memang unsure seks menjadi jualan utamanya. Para pemain didorong untuk terus menerus bermain demi mendapatkan gambar yang lebih erotis, hingga di akhir permainan dapat melihat foto perempuan telanjang.
Sex xonix adalah salah satu game popular di hape, dimainkan oleh kalangan dewasa, remaja, maupun anak-anak. Selain bermuatan tidak sehat bagi anak, karena mengandung unsure kekerasan dan mistik.
Muatan game inilah yang sangat perlu diwaspadai dalam hape anak kita. Para orangtua atau orang dewasa, seringkali memandang game dengan sebelah mata karena kurang peduli. Bagi sebagian besar kita, game adalah mainan anak, sesuia dengan istilahnya, dan hanya tahu anak kita memainkan game, titik.  Tanpa tahu jenis dan aturan mainnya.
Padahal, peluang anak bermain game kini makin banyak dan mudah. Anak tak perlu membeli alat tersendiri. Cukup dengan hapenya, ia sudah puas bermain game. Memainkan game hape kini tak kalah seru dibandingkan dengan bermain melalui komputer. PS, Nintendo, PSP, atau GBA. Hape modem didesain untuk membuat pemain game merasa nyaman, dengan kualitas grafik yang makin baik dan kapasitas memori yang besar.
Bermain game di hape juga relative murah. Dengan uang sepuluh hingga lima  belas ribu rupiah, anak-anak dapat men-download tiga jenis game ke dalam hape. Bahkan, game pun dapat diperoleh dengan cara mengunduh dari internet atau melalui fasilitas bluetooth. Dengan bluetooth ini anak-anak bahkan bisa bertukar game di hapenya. Game juga bisa diperoleh dengan cara memesan melalui sms ke layanan jasa penyedia game melalui system “reg-spasi”.
Sebagian bermain game melalui internet, pemain game melalui hape juga dapat berinteraksi dengan sesame gamer lain dengan cara mengaktifkan internet di hapenya, asalkan ia rela pulsanya terpotong. Sejumlah operator telepon seluler bahkan menyediakan fasilitas unlimited (tak terbatas) bagi penggemar game online yang menggunakan hape mutakhir berharga mahal dan canggih.
Jadi, dengan akses bermain game yang demikian mudah, tak heran bahwa kini game melalui hape menjadiaktivitas yang menyita waktu anak. Jika dulu anak-anak masih bisa dibatasi untuk bermain game malalui PS atau komputer dan hanya boleh bermain sekian jam di akhir pecan atau saat libur dan orangtua dapat secara ketat mengatur pembatasan itu, kini dengan hape yang hamper selalu ada di tangananak, pembatasan pun makin sulit dilakukan. Anak-anak kini bermain game tanpa mengenal tempat dan waktu, sepanjang hapenya on dan fasilitas gamenya tersedia.
Jangan heran bahwa anak-anak makin lengket dengan hape, teknologi ini tidak sekedar untuk menelepon, saling kirim sms atau memotret, tetapi juga menjadi tampak lebih ramah bagi anak karena bisa menjadi teman baginya. Repotnya, sebagian game yang dimainkan di berbagai alat lainnya, game hape pun berpotensi membuat pemainnya kecanduan!
Jadi, makin sering anak bermain game di hapenya, makin besar kemungkinan untuk kecanduan. Orang dewasa atau orangtua yang tak peduli bisa saja mengira si anak menggunakan hapenya untuk meng sms temannya atau melihat gambar/video, padahal si anak tidak ingin berhenti barmain game.
Bukan sekedar bahaya kecanduan, muatan game di hapepun banyak yang tidak sehat bagi anak. Game-game  kekerasa semacam DOOM atau resident Evil, yang selama ini dianggap kontrivesial karena muatan kekerasnnya, juga dapat dimainkan di hape.
Bahkan kehati-hatian terhadap muatan game juga diperlukan untuk game yang tampaknya “game baik-baik”, misalnya game popular Kingdon Hearts, game yang menampilkan tokoh-tokoh kartun popular semacam Mickey Mouse, Donald Duck, dan Winnie The Pooh. Game ini masuk klasifikasi E (Everyone, artinya untuk 6 tahun ke atas). Game ini mengandung muatan positif semacam ajakan untuk berpetualan dan mengasah keberanian menghadapi beragam tantangan. Namun, game inipun mengandung muatan kekerasan pertarungan para karekter tokohnya bernuansa mistik.
Sikap kritis dan kehati-hatian amal diperlukan saat anak kita memainkan game hape. Kewaspadaannya sama seperti kita melihat game yang dimainkan anak di media-media lain (PS, PSP, komputer, dan sebagainya). Hape adalah media yang dapat dipandang serupa dengan media-media lain, jadi pengaturannya pun sama. Bahkan, karena hape amat mungkin selalu berada di tangan anak, kewaspadaan makin diperlukan karena potensi anak untuk terus bermain game di hapenya sangatlah besar.
Kewaspadaan diperlukan untuk menyeleksi ragam game di hape yang dimainkan anak. Anak kita sebaiknya memainkan game yang sehat, yang sesuai dengan usianya. Kita patut cemas jika anak sudah terbiasa dengan game bermuatan kekerasan dan seks.
Mau tidak mau orangtua harus lebih terlibat dalam hal penggunaan hape oleh anak. Pulsa untuk anak sebaiknya dibatasi untuk mencegah peluang anak untuk mengakses game-game berbahaya (melalui hape atau internet). Orangtua juga harus melakukan pengawasan berkala terhadap muatan hape anak. Dan yang terpenting juga, bicarakan dengan anak tentang fungsi hape, termasuk untung rugi bermain game hape,  dan jenis game yang sepatutnya mereka mainkan. Pembicaraan semacam itu akan melatih anak bersikap kritis terhadap media dan menghambat peluang baginya untuk mendapat keburukannnya.
(dari majalah wanita Ummi, No.08/XXI Desember 2009/1430 H)
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar