Sabtu, 16 Juli 2011

MELEJITKAN POTENSI AKAL PADA ANAK

" Aduh...kamu lemot amat sih kalo disuruh mikir", kata seorang ibu kepada anaknya, pusing melihat anaknya susah berhitung, susah mengingat dan menghafal pelajaran sekolah. " Ibu stress lama-lama ngajarin kamu", lanjut seorang ibu tadi.

Sepotong dialog diatas sering kita jumpai pada ibu-ibu yang ketika berada di rumah berusaha mengulang atau mengajari pelajaran sekolah anaknya. Anak usia 6 tahun ini seperti mobil mogok. Didorong - dorong sekeras apapun tidak bergerak sedikitpun. Alhasil sang ibupun semakin pusing tujuh keliling.


Memahami Fakta Akal

Sebelum sang ibu membuat perlakuan terhadap putra-putri tercintanya, hendaknya sang ibu perlu terlebih dahulu mengetahui tentang apa itu pengertian akal. Dengan mengetahui pengertian dan sifat-sifatnya maka sang ibu akan dapat memberi perlakuan yang tepat pada putra-putrinya.
Akal apabila dikaji secara mendalam sebenarnya merupakan proses yang terjadi pada diri manusia untuk mengkaitkan fakta yang dia indra kemudian dikaitkan dengan informasi terlebih dahulu yang dia terima. Proses pengkaitan ini terjadi di otak dengan melibatkan panca indra yang berfungsi menyerap fakta.
contoh sederhananya seperti ini, ketika bayi baru lahir dan terus tumbuh menjadi anak-anak, maka pada saat itulah dimulai proses belajar dan mengenalkan berbagai macam benda, maka pada saat itu sang bayi menyimpan informasi pada otaknya. Pada saat bayi tersebut tumbuh menjadi anak-anak dan sudah mampu berbicara maka saat itulah terjadi proses pengkaitan informasi yang dia terima dengan fakta yang dia lihat.
Pada saat sang ibu bertanya kepada anak tentang sebuah pensil, " ini apa nak?" maka sang anak akan menjawab, "pensil bu!"
Pertanyaan ibu, " ini apa nak?" adalah proses pencerapan fakta pensil melalui panca indera anak, yaitu mata dan telinga. Informasi ini kemudian dikirim oleh panca indera ke otak. Di otaklah kemudian terjadi pengkaitan fakta pensil dengan informasi sebelumnya. Yaitu pengenalan benda pensil oleh ibu kepada anak ketika bayi. Jawaban, " pensil bu!" adalah hasil berpikir anak. Proses inilah yang disebut akal.

Mencermati Masalah

Masalah seorang ibu diatas bisa diuraikan satu persatu, ketika kita sudah mengetahui fakta akal diatas dengan baik. Ketika sang anak lemot dan lambat dalam menghitung, mengingat dan menghafal maka perlu dicermati beberapa hal. Apakah sang anak tadi bermasalah dalam mencerap fakta, ataukah dalam penyimpanan informasi di otak, atau proses pengkaitan fakta dan informasinya.
Ketika sang anak seluruh panca inderanya sehat, artinya mata, telinga, kulit, hidung dan perasaannya tidak sakit. Ini berarti seliruh panca inderanya mampu berfungsi normal dan tidak bermasalah. Demikian juga otak sang anak, ketika tidak terjadi kelainan seperti sindrom down, autis, stroke, kanker atau tumor otak, berarti sang anak dalam kondisi normal. Berarti otak bisa menyimpan informasi dan meng-kaitannya.
Berarti permasalahn sang anak pada proses pengkaitan antara fakta dan informsi. sang anak lambat mengkaitankan dua unsur tersebut. Selidik punya selidik, ternyata sang anak jarang dilatih mengkaitkan fakta dan informasi diotaknya oleh sang ibunya. Ibu sibuk dengan kegiatan clubnya yang temasuk kalangan elite. Sibuk belanja ini itu, arisan ini, itu dan traveling ke berbagai daerah.
Dimasa usia 0-3 tahun pertama sang anak, saat otak berada pada masa emas (golden age). Seorang ibu ini lalai. Dan beranggapan bahwa ...ah..masih bayi belum bisa apa-apa, cukup diberi makan, nanti gede sendiri. Ibu ini abai dalam memberi berbagai stimulasi dan pengenalan terhadap berbagai hal dan abai untuk melatih mengkaitkan antara fakta dan informasi yang diterima anak. Akibatnya baru diketahui setelah anak berusia 6 tahun, kelas 1 SD, anak lambat berpikir.
(dari buletin Kasih Ibu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar